Kamis, 11 November 2010

Habis Ngeprint, Saya Main Game dan Nonton Film


“Disamping saya ngeprint tugas sekolah, saya kadang membuka game online dan beberapa program yang membantu tugas sekolah saya” kata Ahmad salah seorang murid kelas 3 SMP Darul Falah pagutan. Sambil asyik memainkan game online di Wanimura Internet Pagutan, Ahmad asal Gunung Sari Lombok barat ini sengaja datang ke wanimura Internet bersama temannya supriyadi,jupendi dan beberapa teman lain.
Ahmad mengatakan sejak masuk di ponpes darul falah ia mendapatkan pelajaran computer di sekolah walaupun hanya sebatas program yang menunjang pelarannya . Karna di sekolahnya tidak ada internet yang online iapun bersama beberapa teman pergi ke warnet sekaligus mengerjakan beberapa tugas sekolah.
“ndek cang wah buka film porno sengak internet lek Wanimura wah te block, paling ciang cuma buka game online doang kance batur-batur. Ciang main sejam kadang 2 jam doang trus bayar cuman 4000 ribu rupiah. Tutur Ahmad
Sementara pemilik Wanimura Internet Rara membenarkan jika internet yang di kelola sejak berdiri 3 tahun lalu, situs yang berbau porno grafi telah di block atau di protect dengan tujuan menghindari penyalah gunaan internet disamping menjaga moral anak-anak sekolah karna pengguna internet di wanimura sendiri kebanyakan dari kalangan siswa atau pelajar.
Rara mengatakan pengguna internet paling rame disaat jam pulang sekolah bahkan sampai antre, para pelanggan rata-rata hanya menggunakan 1 hingga 3 jam walaupun Wanimura Internet telah menyediakan layanan hotspot unlimited satu hari penuh seharga 15 ribu rupiah. (abdi)

Jumat, 05 November 2010

Koperasi Sehat, Rakyat Sejahtera


Info Kampung
Saturday, 06 November 2010 04:20
Dinas Koperasi NTB merencanakan akan membekukan koperasi koperasi bermasalah di seluruh NTB. Koperasi yang telah dibekukan menurut data tahun 2009 sedikitnya 493 koperasi dengan berbagai jenis. Hal ini dilakukan sejalan dengan penyehatan koperasi sebagai basis ekonomi kerakyatan.
“Kami sudah melakukan pendataan dan segera akan melakukan pencabutan izin hingga pembubaran koperasi koperasi yang sudah tidak aktif lagi,” ujar Kepala Dinas Koperasi NTB, Nur Asikin beberapa waktu lalu.
Hal ini dilakukan dalam upaya realisasi program 2000 koperasi berkualitas 2009 – 2013 sebagai bagian dari tiga tugas pokok pemerintah yakni; penumbuhan iklim berusaha, pengembangan usaha serta pembiayaan dan penjaminan. Untuk itu, Diskop NTB tengah melakukan pemeringkatan koperasi bagi 2.898 unit koperasi se NTB. Tujuannya untuk mengetahui kinerja koperasi dalam periode tertentu agar memudahkan kualifikasi serta mendorong koperasi agar menetapkan prinsip prinsip koperasi dan kaidah bisnis yang sehat. Ini untuk referensi kebijakan perkoperasian, pihak perbankan yang akan mengucurkan dana sekaligus bagi koperasi bersangkutan untuk memperoleh prioritas program dari pemerintah. Sampai dengan tahun 2010 tercatat di kota Mataram ada 81 unit koperasi berkualitas, Lombok Barat (40 unit), Lombok Utara (10 unit), Lombok Tengah (60 unit), Lombok Timur (54 unit), Sumbawa Barat (17 unit), Sumbawa (50 unit), Dompu (28 unit), Bima (25 unit, kota Bima (15 unit) dan tingkat provinsi sebanyak 20 unit koperasi berkualitas. “Jadi secara aturan, yang membolehkan pembubaran koperasi hanya rapat anggota atau dibubarkan paksa oleh pemerintah kalau terjadi penyimpangan,” tegas Nur Asikin.
Koperasi Unit Desa Eka Arsa yang telah beroperasi selama kurang lebih tiga puluh tahun di Kelurahan Pagutan, sejak 2008 silam mulai membenahi manajemen pengelolaannya. Manajemen pengurus lama yang telah habis masa kerjanya pada 2004 silam meninggalkan beberapa masalah. Ketua KUD Eka Arsa yang baru, H Fathurrahman Zakaria mengidentifikasi masalah yang terjadi melalui pembentukan kelompok kerja atau Pokja untuk menemukan solusi perombakan manajemen KUD Eka Arsa.Diantara temuan Pokja antara lain; penyimpangan keuangan dan hutang koperasi kepada Bank, PUSKUD dan beberapa BUMN yang mencapai hampir Rp 500 juta, tunggakan Kredit Usaha Tani yang mencapai Rp 300 juta lebih dan simpanan anggota yang telah meninggal dunia yang belum dikembalikan sebesar Rp 30 juta.
Sejak didirikan pada 1969 silam, koperasi yang menjadi kebanggan warga Pagutan ini tetap eksis. Unit usaha penggilingan padi yang menjadi roda penggerak ekonomi sebagian besar warga, sempat mengalami masa keemasan di era sebelum reformasi. Meski bersaing dengan beberapa usaha penggilingan padi lainnya, KUD Eka Arsa yang memiliki mesin Huller besar dan gudang penyimpan gabah serta areal pengeringan gabah yang cukup luas membuat KUD Eka Arsa memiliki anggota hingga warga diluar Kelurahan Pagutan. Tercatat dari data KUD Eka Arsa 2008, warga Desa Perampuan Lombok Barat dan Karang Pule menjadi anggotanya. Dengan begitu, usaha lain seperti unit Simpan Pinjam dan Kredit Usaha Tani berkembang sangat baik. Sempat pula unit usaha warung telekomunikasi yang pada era 80 an menyumbang pendapatan cukup besar bagi KUD Eka Arsa.
Seiring perubahan zaman, unit unit usaha diatas gulung tikar. Penyebabnya beragam seperti usaha penggilingan padi yang tak lagi layak di tengah “kota” dan persaingan Huller keliling, unit Simpan Pinjam yang membukukan kredit macet hingga Rp 70 juta rupiah sampai dengan unit usaha Wartel yang kalah bersaing dengan penggunan telepon genggam. Melihat kondisi ini, pengurus KUD Eka Arsa yang baru mengambil langkah penyelamatan dan lapangan usahanya yang sesuai dengan kebutuhan anggotanya dan masyarakat. Beberapa prioritas penyelematan tersebut antara lain mendata ulang seluruh anggota yang berjumlah 1.642 orang dan melakukan daftar ulang anggota dengan syarat menyetor simpanan pokok sebesar Rp 1 juta, mencari dana segar untuk kebutuhan keuangan dan modal usaha yang seluruhnya berjumlah Rp 500 juta dan membuat rencana kerja. Kini beberapa unit usaha lama seperti penggilingan padi tetap berjalan meski dalam volume kecil. Unit Simpan Pinjam telah mulai bangkit lagi dengan jumlah aanggota aktif sedikitnya 500 orang serta beberapa penambahan unit usaha baru seperti loket pembayaran listrik dan leasing komplek pertokoan.
“Kalau bicara kemiskinan, koperasi adalah salah satu instrument dalam upaya pengentasan kemiskinan. Saya menghimbau agar masyarakat mau mendirikan koperasi koperasi baru yang tentunya dikelola dengan baik agar dapat bermanfaat bagi semuanya,” pungkas Nur Asikin.

Sampah An-organik Yang Bernilai Tinggi


Pemanfaatan sampah an-organik menjadi sesuatu barang yang mempunyai nilai ekonomis tinggi kadang tidak terfikirkan oleh kita. Namun bagi ibu Dewi Irawati 53 tahun asal gebang baru Anggrek 3 No.3 ini, semua bungkus makanan,detergen,kopi atau bungkus pempes bayi di sulap menjadi berbagai macam peralatan seperti Tas, Celemek,Rompi,tatakan,dompet dan masih banyak lagi.

kerajinan dari bahan sampah an organik ini berawal ketika dewi berkunjung ke saudaranya di jogja 4 tahun lalu dan melihat sebuah tempat pencil dari plastik , saat itu timbul keinginan memanfaatkan sampah an organik. bahkan dewi pun berkunjung ke sebuah kampung Sukunan yang cukup maju dalam pemanfaatan sampah dengan penerapan 3R Rejust (pengurangan), Reuse (memakai) dan Recycle (mendaur ulang).

Sebagai pemilik Taman Bermain Kreativa (Play Grup) sejak 6 tahun lalu dan memiliki 60 anak didik ia pun menerapkan 3 R dalam pemanfaatan sampah an organik kepada anak didiknya.

" Saya terapkan 3R yakni Rejust (pengurangan), Reuse (memakai) dan Recycle (mendaur ulang). dengan sistim 3 R inilah saya sedikit terbantu dan tidak sulit mendapatkan bahan untuk pembuatan berbagai macam peralatan karna sisa bungkus makanan telah di pilah oleh anak-anak mana sampah organik dan yang mana sampah an organik". Kata Dewi

Dewi menambahkan untuk pembuatan berbagai macam barang jadi seperti tas, clemek,tatakan,rompi,dompet dan lain-lain, ia di bantu oleh satu orang karyawannnya, dalam sehari ia hanya mampu membuat 2 buah tas,dompet dengan bahan terdiri dari tali tas, resleting.sementara hasil kerajinanya ini di jual dengan dari harga 7.500 hingga 50.000 ribu rupiah.walaupun hanya bahan dari sampah an organik tak jarang hasil kerajinan ini di beli oleh sejumlah sekolah menegah atas di kota mataram dan warga setempat

"kalo pemasarannnya, sulit karna agak jarang yang pakai, tapi kadang saya ikut di pameran Ibu-ibu dharma wanita atau di tempat bazar yang di laksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup dan Penelitian atau BLHP." Tutur Dewi

Tidak mau melihat banyak sampah tidak pada tempatnya, dewi pun mengajak warga setempat memilah-memilah sampah dan memanfaatkannya bahkan dari dinas kebersihan dan dinas kesehatan kota mataram, Dewi di ajak melakukan sosialisasi ke beberapa kelurahan dan sejumlah sd di kota mataram. (Abdi)

Sampah Organik Jadi Kompos


Kalau di daerah gebang baru sampah an organik dijadikan berbagai macam peralatan seperti tas,dompet, celemek dan lain-lain, di daerah pejarakan tepatnya jalan lestari kelurahan pejarakan karya, sampah organik dijadikan pupuk kompos yang dapat menyuburkan tanaman.pupuk kompos ini banyak di sukai oleh pedagang kembang karna lebih alami dan tidak mengandung zat kimia berbahaya.

Hadlarni bersama adiknya subhan hampir 4 tahunan telah mengolah sampah organik terutama dedaunan menjadi pupuk kompos, tak heran jika di gudang pengolahannya sampahnya kita jumpai tumpukan sampah daun kering maupun basah. Dengan menggunakan mesin pencacah bantuan dari PU Provinsi dan dinas Lingkungan Hidup (LH) Kota Mataram Hadlarni mampu mencacah sekitar 1 ton sampah daun kering dengan 2 kali giling atau cacah dan menghasilkan sekitar 20 hingga 25 karung ukuran besar kompos.

" untuk satu bungkus kompos saya jual dengan harga 6000 rupiah, kebanyakan yang beli pedagang kembang di daerah ampenan, sedangkan untuk pelanggan sendiri dengan jumlah pesanan 100 bungkus saya berikan harga 5500 rupiah perbungkus." kata Hadlarni

Masalah sampah dedaunan Hadlarni mengatakan tidak mengalami kesulitan karna banyak didapat di daerah sekitar, di samping membeli dengan harga 2.500 perkarung. sementara untuk mencacah atau menggiling sampah daun kering dengan hasil 150 karung kompos di butuhkan sekitar 20 liter solar seharga 90 ribu rupiah. untuk memperlancar proses penggilingan hingga menjadi komposhadlarni dibantu oleh 7 orang karyawannya.(Abdi)

Jumat, 29 Oktober 2010

Pelatihan Kewirausahaan Bagi Masyarakat di Wilayah Produksi Tembakau


“Untuk menciptakan wirausaha-wirausaha yang kompetitif, disamping di butuhkan modal kerja dan sarana pendukung yang memadai juga dibutuhkan pembekalan, skill atau keterampilan sumber daya manusia, kemampuan sumber daya manusia menjadi factor yang paling menentukan karna tanpa keterampilan dan penguasaan teknologi penunjang usaha, betapapun besar peluang potensi usaha tersedia niscaya itu akan sia-sia saja dengan kata lain modal yang di miliki tidak akan berarti apa-apa jika tidak memiliki keterampilan untuk mengembangkan usahanya,
demikian juga sebaliknya punya keterampilan, tidak punya modal mustahil akan bisa membangun usaha”. Inilah sambutan Gubernur NTB yang di wakili oleh Kadiskop UMKM NTB HM Nur Asikin Amin pada acara Pelataihan Kewirausahaan Bagi Masyarakat Yang Berada di wilayah Tembakau Angkatan I dan Angkatan II tadi malam (18/10) di salah satu hotel di mataram.
Berwirausaha menurut Asikin, permasalahan para wirausaha khususnya petani tembakau ini, mereka harus berhitung untung rugi karna banyak sekarang masyarakat begitu mendengar tambakau mendapatkan untung banyak, tanpa perhitungan, mereka dapat menyewa tanah dengan tidak memperhitungkan berapa banyak biaya yang sudah di keluarkan dari pada hasil yang di peroleh, sehingga banyak terjadi kerugian.
Dalam pelatihan ini, selain mendorong dalam hal perhitungan untung rugi, para peserta ini juga akan di dorong bagaimana mendapatkan kredit di perbankkan khususnya KUR (Kredit Usaha Rakyat). Dan secara bersama akan berdiskusi, sharing pendapat dengan narasumber yang terdiri dari Kepala BI, Kadiskop UMKM NTB, Kadisbun NTB dan beberapa pejabat terkait lainnya, mengenai apa langkah yang akan di lakukan mengatasi kondisi krisis dalam pembinaan produksi tembakau yang terjadi di lapangan khususnya bagi 3 kabupaten (Kab.Lombok Tengah, Kab.Lombok Barat, Kab.Lombok Timur)
Sementara pelatihan kewirausahaan bagi masyarakat yang berada di wilayah produksi tembakau ini di ikuti sekitar 364 orang, dibagai menjadi dua angkatan. Angkatan pertama sebanyak 183 orang yang di laksanakan mulai tanggal 18 s/d 20 oktober, sedangkan angkatan ke dua sebanyak 181 orang yang akan di gelar pada tanggal 20 s/d 22 oktober 2010)
Data Kadiskop UMKM NTB menyebutkan jumlah UMKM hingga saat ini mencapai 544.000 unit yang perlu di dorong, bimbing, bina diberikan kemudahan hingga perlindungan. sedangkan jumlah koperasi yang tercatat hingga saat ini mencapai 3.036 koperasi yang di dorong menjadi factor penggerak ekonomi di lapangan. (Abdi)












Kelompok Ekonomi Strategis Dapat Pelatihan
Berita Kampung
Wednesday, 27 October 2010 14:35
Pengangguran yang realtif tinggi, daya beli masyarakat yang rendah serta angka kemiskinan yang meningkat menjadi masalah yang harus di tuntaskan dalam rangka menumbuhkan ekonomi berbasis sumber daya local usaha mikro kecil dan menengah sehingga salah satu visi misi mewujudkan NTB yang beriman dan berdaya saing dapat terwujud.
Mengatasi permasalahan di atas salah satu program yang terus gencar di lakukan untuk menyemangati jiwa kewirausahaan di kalangan ibu-ibu dan generasi muda ,Dinas koperasi dan UMKM NTB melakukan pelatihan Kewirausahaan bagi kelompok ekonomi strategis se- nusa tenggara barat yang di gelar di Balai Diklat Prov.NTB tadi pagi (27/10) dan di ikuti oleh puluhan peserta dari kalangan pelaku ekonomi.
Kepala dinas koperasi umkm ntb HM Nur Asikin Amin mengatakan perlu perubahan mindset atau pola pikir masyarakat dalam pemgembangan diri bukan hanya berangan menjadi pegawai kantoran atau PNS, akan tetapi masih banyak tempat terhormat seperti menjadi wirausaha sukses untuk diri sendiri dan orang lain. Dengan demikian pengembangan kewirausahaan secara khusus mempunyai misi untuk menciptakan tenaga-tenaga terampil yang mampu menciptakan lapangan kerja bagi diri sendiri dan bagi orang lain.
Menurut Asikin solusi yang tepat untuk mengurangi pengangguran adalah melalui kegiatan mendorong penumbuhan wirausaha baru yang dapat menciptakan kesempatan kerja dan mampu menghasilkan pendapatan yang berdampak pada pengurangan angka kemiskinan dan meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat sehingga Jihad ekonomi dapat terlaksana dengan baik tentunya melalui dukungan dan partisifasi seluruh elemen masyarakat.
Dari data yang ada jumlah pengangguran di ntb sekitar 107.195 orang atau 13 persen dari jumlah angkatan kerja yang tersedia, angka ini sangat besar jika dibandingkan dengan angka pengangguran rata-rata nasional mencapai 11,85 persen .
Selain melakukan pelatihan,program terobosan yang telah di lakukan oleh kementrian Negara koperasi dan ukm ri melalui dinas koperasi umkm ntb adalah program sarjana pencipta kerja mandiri (Prospek Mandiri) guna merekrut para sarjana yang belum mendapatkan tempat untuk bergabung dalam wadah koperasi. Saat ini terdapat 3 koperasi Prospek Mandiri dengan jumlah anggota sekiatr 69 orang yang mengembangkan usaha budidaya ikan kerapu.(Abdi)








KUR, Akses UMKM ke Bank Masih Lemah
Info Kampung
Thursday, 28 October 2010 00:02
Kemampuan UMKM dalam melakukan pendekatan dengan perbangkan masih lemah, sehingga mau tidak mau tingkat keberanian dan semangat mereka harus di dorong namun membutuhkan waktu lama. Demikian di katakan kepala dinas UMKM NTB HM Nur Asikin Amin saat menggelar jumpa pers dengan puluhan wartawan kemarin pagi (27/10)di aula kantor diskop UMKM NTB.
Salah satu contoh bank pelaksana KUR yakni BRI, dari 320 m dana KUR yang cair hingga bulan nopember 2010 masih banyak UMKM yang belum mendapatkan KUR di karenakan masih tidak tegasnya UMKM dalam memberikan informasi ke perbankan tentang kelayakan usaha mereka. Meski demikian Asikin mengatakan ada juga usaha mikro yang layak berhubungan dengan bank.
Agar pihak perbankan mengetahui kelayakan usaha mikro dan pantas mendapatkan KUR, pihak dinas UMKM ntb setiap saat memberikan data ke perbankan sejumlah nama dan alamat usaha mikro kecil, karna diskop UMKM sendiri hanya sebatas memberikan data tidak bisa menentukan atau mengintervensi bank pelaksana KUR.
KUR (Kredit Usaha Rakyat) hanya bisa di laksanakan oleh 7 bank di NTB dengan KUR mikro sebesar 20 juta. 7 bank yaitu BRI, BNI, BANK SYARIAH MANDIRI, BANK MANDIRI, BANK BUKOPIN, BANK BTN dan BANK NTB sedangkan Realisasi KUR Per Juli 2010, Rp. 244.890.002.263,- kepada 22.121 KUMKM(Sisa Kredit KUR Per Juli 2010 Rp. 124.931.122.787,- Jumlah Debitur 20.902 Org)
Agar KUR dapat tersalurkan oleh bank dengan baik, pihak diskop umkm NTB beberapa waktu lalu sengaja mengundang UMKM dan Perbankan untuk di berikan penjelasan tentang KUR, sehingga UMKM sendiri bisa berakses ke bank dan tidak menggunakan Calo.
Walaupun program KUR sudah berjalan, Asikin menyatakan belum puas karena dana KUR yang di harapkan belum mencapai Triliunan ke atas terealisasi di ntb, karna jaminan KUR di atas mikro termasuk kecil dan menengah di jamin 70 persen oleh pemerintah bahkan di sector pertanian,perikanan, kehutanan di jamin 80 persen oleh pemerintah selebihnya di jamin oleh Nasabah sendiri.
“Kalau semua sector atau instansi bergerak dan uang beredar banyak di ntb saya yakin pendapatan masyarakat ntb akan meningkat”. Kata Asikin
Sementara capaian target 20 ribu wirausaha baru pada tahun 2010 mencapai 15.645 belum termasuk data atau jumlah dari masing-masing kab/kota se ntb.
“Untuk mencapai target 20 ribu, diskop ntb terus berupaya melakukan sosialisasi ke masing-masing kab kota se ntb untuk menjelaskan kembali tentang wira usaha baru dan KUR sebagai langkah untuk mendorong menciptakan wirausaha baru, sehingga pada tahun 2011 akan tersentuh wirausaha baru dalam bentuk belanja modal, 2013 neraca modal. Ungkap Asikin
Capaian target pada tahun 2011 nanti segala pelatihan keterampilan akan di lakukan guna membentuk wira usaha baru atau SDM siap pakai yang di sesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing seperti halnya pelatihan otomotif karna mulai menjamurnya kendaraan di ntb, pelatihan salon,menjahit dan lain sebagainya. (Abdi)

Tak ada Ikan Karangpun Jadi


Hampir sebagian warga di dusun teluk waru kecamatan lembar kabupaten lombok barat banyak menggantungkan hidup sebagai nelayan. Pantai teluk waru yang berada tidak jauh dari jalur penyebarangan kapal jurusan lembar padang bai ini cukup indah dan nyaman jika di lihat dari kejauhan, namun bagaimana aktifitas para nelayan di dusun teluk waru ini?
Salah seorang nelayan yang rumahnya tepat berada di pinggir pantai Amak Sahram 60 tahun mengatakan pendapatan sebagai nelayan tidaklah seberapa ,hanya cukup untuk biaya hidup istri dan enam anaknya, masalah sekolah anaknya, hanya dapat menamatkan sekolah hingga tingkat Sekolah dasar (SD), bahkan ada yang tidak tamat.
Kebutuhan biaya hidup yang tinggi dan sulit membuat Amak Sahram dan sebagian nelayan mencoba mencari kerja tambahan sebagai pembuat kapur dari bahan Trumbu Karang yang diperoleh di beberapa tempat seperti gili gede, gili rengit,pantai gresak, dan gili poh sedangkan di teluk waru dan tanjung kubur sendiri trumbu karang hampir habis karna sudah di keruk oleh sebagian nelayan.
“kalau saya hanya mengandalkan sebagai nelayan biaya hidup tidak cukup apalagi sekarang kebutuhan pokok banyak yang mahal, makanya saya cari tambahan sebagai pembuat kapur”. Ungkap Sahram
Pekerjaan yang sudah di lakoni selama 25 tahun tidak menyurutkan niat dan semangat sahram menggali trumbu karang di sejumlah pantai walaupun sudah ada teguran dari pemerintah kab.lombok barat karna merusak ekosistem laut.
“pernah warga di sini termasuk saya di peringatkan oleh aparat kecamatan agar tidak lagi merusak karang, tapi kita mengelak dengan alasan pendapatan ikan sekarang sedikit. Kalau bapak larang saya apa saya pakai membiayai istri dan anak saya, ayoo kasih saya uang”. Sahram menuturkan.
Sahram menambahkan, Selain trumbu karang di cari sendiri juga diperoleh dengan membeli seharga 600 ribu rupiah, sedangkan proses hingga menjadi kapur di butuhkan biaya kayu bakar 2 juta rupiah, upah pembakaran dan mengarungkan masing-masing 200 ribu rupiah untuk sekali produksi selama 1 minggu dengan hasil produksi sekitar 300 hingga 350 karung kapur . Biasanya dalam satu bulan dilakukan 2 hingga 3 kali produksi tergantung dari bahan . Sementara untuk satu karung kapur ukuran besar di jual dengan harga antara 15.000 ribu rupiah hingga 20.000 ribu rupiah tergantung pesanan.
Keuntungan yang di peroleh sebagai pembuat kapur di rasakan lebih banyak ketimbang nelayan ini membuat para nelayan di pinggir pantai teluk waru tidak lagi mengindahkan peringatan pemerintah kab.lombok barat bahkan hingga sekarang asap tetap mengepul di pinggiran pantai teluk waru kecamatan lembar kabupaten Lombok barat. (Abdi)