Jumat, 29 Oktober 2010

Tak ada Ikan Karangpun Jadi


Hampir sebagian warga di dusun teluk waru kecamatan lembar kabupaten lombok barat banyak menggantungkan hidup sebagai nelayan. Pantai teluk waru yang berada tidak jauh dari jalur penyebarangan kapal jurusan lembar padang bai ini cukup indah dan nyaman jika di lihat dari kejauhan, namun bagaimana aktifitas para nelayan di dusun teluk waru ini?
Salah seorang nelayan yang rumahnya tepat berada di pinggir pantai Amak Sahram 60 tahun mengatakan pendapatan sebagai nelayan tidaklah seberapa ,hanya cukup untuk biaya hidup istri dan enam anaknya, masalah sekolah anaknya, hanya dapat menamatkan sekolah hingga tingkat Sekolah dasar (SD), bahkan ada yang tidak tamat.
Kebutuhan biaya hidup yang tinggi dan sulit membuat Amak Sahram dan sebagian nelayan mencoba mencari kerja tambahan sebagai pembuat kapur dari bahan Trumbu Karang yang diperoleh di beberapa tempat seperti gili gede, gili rengit,pantai gresak, dan gili poh sedangkan di teluk waru dan tanjung kubur sendiri trumbu karang hampir habis karna sudah di keruk oleh sebagian nelayan.
“kalau saya hanya mengandalkan sebagai nelayan biaya hidup tidak cukup apalagi sekarang kebutuhan pokok banyak yang mahal, makanya saya cari tambahan sebagai pembuat kapur”. Ungkap Sahram
Pekerjaan yang sudah di lakoni selama 25 tahun tidak menyurutkan niat dan semangat sahram menggali trumbu karang di sejumlah pantai walaupun sudah ada teguran dari pemerintah kab.lombok barat karna merusak ekosistem laut.
“pernah warga di sini termasuk saya di peringatkan oleh aparat kecamatan agar tidak lagi merusak karang, tapi kita mengelak dengan alasan pendapatan ikan sekarang sedikit. Kalau bapak larang saya apa saya pakai membiayai istri dan anak saya, ayoo kasih saya uang”. Sahram menuturkan.
Sahram menambahkan, Selain trumbu karang di cari sendiri juga diperoleh dengan membeli seharga 600 ribu rupiah, sedangkan proses hingga menjadi kapur di butuhkan biaya kayu bakar 2 juta rupiah, upah pembakaran dan mengarungkan masing-masing 200 ribu rupiah untuk sekali produksi selama 1 minggu dengan hasil produksi sekitar 300 hingga 350 karung kapur . Biasanya dalam satu bulan dilakukan 2 hingga 3 kali produksi tergantung dari bahan . Sementara untuk satu karung kapur ukuran besar di jual dengan harga antara 15.000 ribu rupiah hingga 20.000 ribu rupiah tergantung pesanan.
Keuntungan yang di peroleh sebagai pembuat kapur di rasakan lebih banyak ketimbang nelayan ini membuat para nelayan di pinggir pantai teluk waru tidak lagi mengindahkan peringatan pemerintah kab.lombok barat bahkan hingga sekarang asap tetap mengepul di pinggiran pantai teluk waru kecamatan lembar kabupaten Lombok barat. (Abdi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar